Catatan Penulis, Lompatan Besar Ridho Ficardo Untuk Lampung

Mencatat Perubahan Lampung

MELIHAT Provinsi Lampung dalam kurun waktu lima tahun terakhir, seperti baru lahir kembali. Penuh dengan wajah dan tampilan baru saat Lampung memasuki usia ke-55 pada 18 Maret 2019.

Mencatat berbagai perubahan itu menjadi salah satu tugas jurnalis. Sebagai media massa yang tumbuh dan berkembang di Provinsi Lampung, kami ikut menjadi saksi dari perubahan besar-besaran itu.

Catatan penting perubahan Lampung di era kepemimpinan Gubernur Muhammad Ridho Ficardo-Wakil Gubernur Bachtiar Basri adalah di bidang konektivitas baik darat, laut, dan udara. Tak ada yang membantah perubahan besar-besaran kini tengah melanda warga Lampung akibat konektivitas itu.

Sejak kehadiran Jalan Tol Trans-Sumetera (JTTS), setelah hampir 38 tahun sejak Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) tersambung dari Aceh hingga Bakauheni, Lampung Selatan, konektivitas Lampung boleh dibilang jalan di tempat. Memang ada Jalan Lintas Pantai Timur, namun hanya mengurai sedikit kepadatan Jalinsum.

Konektivitas udara Lampung juga mencatat pertumbuhan tinggi dari belasan penerbangan kini menjadi 35 penerbangan setiap hari. Itu semua terjadi berkat daya dukung Bandara Radin Inten II yang direnovasi total berkat sinergi Pemerintah Provinsi Lampung dan Pemerintah Pusat. Terlebih, status internasional yang disandang Bandara Radin Inten II sejak 8 Maret 2019 membuka lebar embarkasi haji dan umrah langsung dari Lampung ke Tanah Suci.

Konektivitas dari laut juga mencatat perubahan besar sejak Dermaga Eksekutif yang dibahas Gubernur Ridho bersama Presiden Joko Widodo pada rapat terbatas di Istana Negara menjadi kenyataan. Dermaga Eksekutif yang ada di Pelabuhan Bakauheni dan Pelabuhan Merak membuat momok perjalanan melelahkan 2-4 jam di Selat Sunda berubah drastis hingga 1 jam pelayaran. Dermaga Eksekutif yang tampil seperti mal ini membuat perjalanan ke Lampung makin nyaman bahkan bisa tembus Jakarta-Bandar Lampung dalam waktu lima jam. Ini mustahil terjadi sebelumnya.

Catatan penting lainnya adalah kemampuan pemerintahan Ridho-Bachtiar melaksanakan tugas Presiden Joko Widodo menaikkan produksi gabah kering giling (GKG) Lampung hingga 4,2 juta ton dari sebelummya di kisaran 3 juta ton. Berbagai langkah ditempuh duet Ridho-Bachtiar antara lain dengan membuat terobosan penjualan digital pupuk bersubdisi pertama di Indonesia yakni billing system. Lewat penebusan online itu, kebocoran penyaluran pupuk dapat ditekan untuk mengamankan kenaikan produksi.

Pembenahan besar-besaran saluran irigasi juga dilakukan sehingga mampu menaikkan indeks pertanaman (IP) 200 di beberapa sentra padi. Ridho mewariskan kondisi mantap saluran irigasi lebih dari 80% dari sebelumnya 46% saat menerima estafet kepemimpinan.

Buku kecil ini merupakan nukilan beberapa lompatan pe- merintahan Ridho-Bachtiar selama menjabat di periode 2014- 2019. Tentu saja, buku ini tidak lengkap memuat semuanya, karena hanya menukil beberapa capaian yang ada pada era Ridho-Bachtiar memimpin Lampung. Kami berharap buku ini dapat menjadi kenangan, referensi, dan informasi bagi khalayak dalam menatap Lampung sepanjang era kepemimpinan Ridho-Bachtiar.

Bandar Lampung, 25 April 2019

Salam,

Amiruddin Sormin

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *