Tembus Isolasi, Nama Ridho Ficardo Selalu Dikenang Warga Suoh

NAMA Gubernur M. Ridho Ficardo takkan pernah lupa dari ingatan warga Suoh, Lam- pung Barat. Ya, di era pemerintahan Ridho Ficardo-Bachtiar Basri, daerah terisolasi ini terbuka ke dunia luar.

Bagaimana tidak, selama puluhan tahun lebih harus berjibaku dengan lumpur sedalam lebih dari semeter jika ingin keluar dan masuk wilayah di pinggiran kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) itu. Jangan coba-coba di musim kemarau bisa mulus bepergian Suoh dari berbagai arah. Hanya sepeda motor trail dan pikap dengan ban berantai yang mampu menaklukkan ganasnya jalan menuju Suoh.

"Saya lahir di sini, tinggal di Suoh dari ta- hun '70-an, orang tua asli sini, tadinya jalan ini tanah. Hujan becek, sering terjadi kecelakaan karena jalan rusak. Namun, sekarang sudah bagus, setelah diperbaiki sekitar satu tahun ini. Alhamdulillah, sejak jalan ini bagus, warung saya ikut ramai, pembelinya makin banyak," ujar Robiah, warga Suoh, Rabu (24/1/2018).

Sejak dipercaya memimpin Lampung, mata dan pikiran Ridho memang tak luput dari Suoh. Melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Ridho memerintahkan agar secepatnya menembus isolasi wilayah Souh dengan membangun jalan sepanjang 33,628 km. Untuk itu, pada APBD 2017, di- kucurkan dana Rp22 milliar untuk menangani 3,8 km rigid, 3 box culvert, dan 1 beronjong. Pembangunan ruas Jalan Pekon Balak- Suoh Link 048 Koridor 12 di Lampung Barat rampung akhir 2017. Perbaikan jalan terse- but mampu mendongkrak pembangunan infrastruktur dalam memacu pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kesenjangan pembangunan antarwilayah.

Tak heran, kedatangan Ridho di Suoh disambut meriah dan antusias puluhan ribu masyarakat Lampung Barat, yang berasal dari Kecamatan Suoh dan sekitarnya. Gubernur bahkan diarak dengan iringan tarian adat dari Kepaksian Pernong Sekala Bekhak. Saat menja- jal jalan ini, Ridho Ficardo berpesan agar jalan yang dibangun dijaga dan dirawat dengan baik. "Kita harus menjaga infrastruktur yang dibangun seperti menjaga keamanan, menggunakan jalan dengan baik, dan menjaga saluran air di sekitar jalan," kata Ridho.

Di 2018, jalan Suoh menuju Blok 9 juga ditingkatkan. "Kondisi jalan Suoh menuju Blok 9 diperbaiki dengan menganggarkan sekitar Rp20 miliar, serta merajut jalan dari Suoh ke Pekon Balak dengan menganggar- kan dana sekitar Rp7 miliar," kata dia.

Dengan mulusnya jalan ke Suoh, Ridho meminta masyarakat Lampung Barat menjaga kelestarian hutan agar bisa dimanfaat- kan untuk agrowisata. "Dengan memanfaatkan sektor pariwisata, akan mampu meningkatkan sektor pendapatan bagi masyarakat Lampung barat," kata Ridho. Terbukanya isolasi Suoh, menurut Bupati Lampung Barat Parosil Mabsus, merupakan mimpi yang jadi kenyataan. "Gubernur Ridho banyak berkontribusi dalam pembangunan Lampung Barat, teru- tama jalan menuju Suoh. Sejak di bawah kepemimpinan Gubernur Ridho, alhamdulillah infrastruktur jalan menuju Suoh mantap 64%," kata Bupati Parosil Mabsus.

Mulusnya jalan ke Suoh juga membuat Pertamina membuka Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Pekon Gunungratu, Kecamatan Bandarneg- eri Suoh. Tujuannya, agar warga Suoh dapat merasakan harga BBM sama dengan daerah lain di Lampung. Selama ini, warga Suoh mendapat harga BBM yang jauh di atas harga normal.

Satu liter premium bisa Rp9000/liter dan Pertalite Rp10 ribu/liter. Harga itu lumayan turun jauh setelah Pemprov Lampung membangun jalan mulus ke Suoh. Sebelumnya, harga premium bisa Rp20 ribu/liter. Terhitung 17 Agustus 2018, warga Suoh dapat membeli BBM di SPBU setelah puluhan tahun hanya di pengecer. (*)

(Tulisan ini merupakan bagian dari buku Lompatan Besar Ridho Ficardo Untuk Lampung)

Pembangunan Maju, Anak Lampung Jangan Jadi Penonton

DALAM berbagai acara, Gubernur Lampung M. Ridho Ficardo selalu mengingatkan dampak kemajuan dan pembangunan harus dirasakan masyarakat, terutama generasi muda. "Jangan sampai anak Lampung cuma jadi penonton," kata Ridho.

Di forum terhormat Rapat Paripurna Istimewa Hari Jadi Ke-55 Provinsi Lampung bertema "Lam- pung Maju untuk Indonesia", pada 18 Maret 2019, Ridho kembali mengingatkan hal itu. Gubernur Ridho mengatakan di hari jadi ke-55, Lampung semakin maju dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Lampung bagi kesejahteraan masyarakat Lampung.

"Tentunya berbagai upaya pembangunan dalam memajukan dan menyejahterakan Provinsi Lam- pung diharapkan mampu memberikan kemakmuran bagi masyarakat Lampung. Apa yang kita siapkan harus dapat dirasakan dan dinikmati oleh anak-anak Lampung dan generasi Lampung ke depan," kata Ridho.

Memasuki usia 55 tahun, Provinsi Lampung memang mencatat berbagai indikator kemajuan. Di antaranya, peningkatan daya saing dari peringkat 25 di 2014 menjadi peringkat 11 di 2018, pertum- buhan ekonomi Lampung tumbuh 5,25% berada di atas rata-rata nasional sebesar 5.17%.

Keberhasilan pembangunan di bidang pertanian ditandai dengan naiknya nilai tukar petani (NTP) Lampung yaitu sebesar 104,21 menjadi 105,86 di 2018. Kemudian, berhasil menurunkan tingkat kemiskinan secara siginifikan dari 14,21% di 2014 menjadi 13,01% di 2018 dan terus berusaha menu- runkan persentase kemiskinan menjadi di bawah satu digit atau di bawah 10%.

Tidak ada cara lain yang ditempuh agar generasi Lampung tak jadi penonton, kecuali menggenjot mutu sumber daya manusia (SDM), sejak dini. Terlebih, sejak kewenangan pengelolaan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) beralih ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung per 1 Janu- ari 2017, Gubernur Ridho bertekad memprioritaskan pembenahan tenaga pengajar, gedung, dan sarana bela- jar agar standarnya tidak jomplang di tiap kabupaten.

Langkah awal yang ditempuh Gubernur Ridho yakni dengan mengirim para guru muda ke berbagai pelosok Lampung lewat program Lampung Mengajar sejak 3 Mei 2017. Program unggulan Gubernur Lampung ini untuk mengatasi kebutuhan guru di daerah terpencil, terluar, dan terisolasi (ST). Peserta Lampung Mengajar adalah para sarjana pendidikan yang kompeten dari seluruh perguruan tinggi. Mereka diseleksi secara transparan oleh Lembaga Pengabdian Masyarakat Uni- versitas Lampung.

"Lampung Mengajar diharapkan dapat memberikan pendidikan yang layak dan terbaik kepada seluruh anak- anak di pelosok Lampung. Supaya semua anak Lampung memiliki kualitas yang sama, sehingga tidak tertinggal dengan anak Indonesia lainnya," kata Gubernur Ridho Ficardo, ketika melepas 120 peserta Lampung Mengajar, di Hotel Kurnia 2, Bandar Lampung, 3 Mei 2017.

Para guru muda tersebut ditebar ke berbagai sekolah di wilayah ST di 10 kabupaten seperti Pesawaran, Pesisir Barat, Tanggamus, Tulangbawang Barat, Way Kanan, Mesuji, Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Selatan, dan Tulangbawang. Program ini kem- bali dilanjutkan pada 2019 dengan merekrut 120 tenaga pengajar.

Selain program unggulan itu, secara ber- tahap Pemprov Lampung membenahi SMA/ SMK agar terstandar dan tidak jomplang antarkabupaten. Salah satunya, membuka 29 kelas baru pada tahun pelajaran 2018/2019 di tujuh kabupaten. Kelas baru tersebut ditarget kan mampu menampung tambahan 1.044 siswa baru dengan ketentuan masing-masing kelas menerima maksimal 36 siswa.

Ketujuh sekolah negeri itu dua berlokasi di Kabupaten Lampung Utara, yakni SMAN 1 Hulusungkai dan SMAN 1 Bungamayang; di Way Kanan yakni SMAN 1 Gedungharapan; SMAN 1 Way Seputih, Lampung Tengah; SMAN + Tumijajar, Tulangbawang Barat; dan SMAN 1 Tanjungsari, Lampung Selatan. Sementara satu sekolah swasta dibangun atas rekomendasi Pemprov Lampung ke Pemerintah Pusat yakni SMA Muhammadiyah 1 Boarding School, Kecamatan Sungkai Utara, Lampung Utara.

Selain itu, Pemprov Lampung juga mem- bangun enam kelas SMK Negeri Pertanian Sekampung, Lampung Timur, bersumber APBD 2017. Menurut Ridho Ficardo proses pembangunan tujuh unit sekolah baru (USB) tersebut untuk penambahan siswa baru itu membuat makin banyak siswa SMA/SMK yang diterima di sekolah negeri dan mendapat Bantuan Operasional Sekolah Daerah (Bosda).

"Jangan sampai ada siswa di pelosok Lampung putus sekolah karena sulit untuk menjangkau SMA dan SMK negeri. Pemprov Lampung membangun sekolah baru agar siswa tak harus jauh ke pusat-pusat kota," kata Gubernur Ridho, Rabu (4/10/2017).

Berdasarkan hasil pendataan, ada enam kabupaten yang kualitas pendidikannya kurang baik dibandingkan daerah lain, yakni Pesisir Barat, Lampung Barat, Way Kanan, Tulang- bawang Barat, Tulangbawang, dan Mesuji. Menurut Gubernur, peningkatan mutu lulusan SMA dan SMK harus dimulai dari pembe- nahan sarana belajar dan pemerataan guru. "Penambahan kelas baru ini agar guru tidak menumpuk di perkotaan. Sedangkan upaya pemenuhan guru, selain dengan guru yang ada, juga lewat program Lampung Mengajar," kata Ridho.

Penambahan kelas ini, menurut Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Lampung Sulpakar, sebenarnya dimulai sejak tahun pelajaran 2017/2018. Penambahan itu di- lakukan di SMAN 1 Tanjungsari, Lampung Selatan, sebanyak 37 siswa dan SMAN 1 Gedongharapan, Way Kanan, sebanyak 28 siswa. Penambahan ini membuat Lampung memiliki 333 sekolah negeri, terdiri dari 101 SMK negeri dan 232 SMA negeri. Penambahan ini merupakan upaya menyuk- seskan wajib belajar 12 tahun dan menu- runkan angka putus sekolah. "Kita terus berupaya meningkatkan indeks pembang- unan manusia Provinsi Lampung," kata Sulpakar.

Gubernur Ridho Ficardo menjadikan periode 2017-2018 sebagai tahun peningkatan mutu SMA dan SMK. Caranya, dengan mem- perpendek rentang kendali dalam melayani 462 SMA dan 410 SMK di seluruh Lampung, lima Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD). "Rentang kendali pembinaan SMA dan SMK sangat jauh jika semuanya harus ke Dinas Pendidikan Provinsi. Harus dibuat tero- bosan agar peningkatan mutu proses belajar mengajar tidak jauh antara SMA/SMK di kota dan pelosok. Ini tantangan terberat, karena disparitasnya cukup jauh," kata Gubernur Ridho di Bandar Lampung, Senin (4/9/2017).

Kini, pembinaan SMA dan SMK didele- gasikan ke lima UPTD yakni Wilayah I meliputi Lampung Selatan, Bandar Lam- pung, dan Pesawaran. Wilayah II (Lampung Tengah, Metro, Lampung Timur), Wilayah III (Pringsewu, Tanggamus, Pesisir Barat), Wilayah IV (Lampung Barat, Lampung Utara, Way Kanan), dan Wilayah V (Tulangbawang, Tulangbawang Barat, Mesuji). Para kepala UPTD ini dilantik pada 11 Agustus 2017, dengan tugas membina guru dan meningkat- kan mutu proses belajar-mengajar.

Gubernur Ridho mengakui tantangan terberat yakni belum meratanya jumlah guru. Bahkan, ada sekolah yang cuma satu bersta- tus pegawai negeri sipil (PNS) yakni kepala sekolahnya. (*)

(Tulisan ini merupakan bagian dari buku Lompatan Besar Ridho Ficardo Untuk Lampung)

Catatan Penulis, Lompatan Besar Ridho Ficardo Untuk Lampung

Mencatat Perubahan Lampung

MELIHAT Provinsi Lampung dalam kurun waktu lima tahun terakhir, seperti baru lahir kembali. Penuh dengan wajah dan tampilan baru saat Lampung memasuki usia ke-55 pada 18 Maret 2019.

Mencatat berbagai perubahan itu menjadi salah satu tugas jurnalis. Sebagai media massa yang tumbuh dan berkembang di Provinsi Lampung, kami ikut menjadi saksi dari perubahan besar-besaran itu.

Catatan penting perubahan Lampung di era kepemimpinan Gubernur Muhammad Ridho Ficardo-Wakil Gubernur Bachtiar Basri adalah di bidang konektivitas baik darat, laut, dan udara. Tak ada yang membantah perubahan besar-besaran kini tengah melanda warga Lampung akibat konektivitas itu.

Sejak kehadiran Jalan Tol Trans-Sumetera (JTTS), setelah hampir 38 tahun sejak Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) tersambung dari Aceh hingga Bakauheni, Lampung Selatan, konektivitas Lampung boleh dibilang jalan di tempat. Memang ada Jalan Lintas Pantai Timur, namun hanya mengurai sedikit kepadatan Jalinsum.

Konektivitas udara Lampung juga mencatat pertumbuhan tinggi dari belasan penerbangan kini menjadi 35 penerbangan setiap hari. Itu semua terjadi berkat daya dukung Bandara Radin Inten II yang direnovasi total berkat sinergi Pemerintah Provinsi Lampung dan Pemerintah Pusat. Terlebih, status internasional yang disandang Bandara Radin Inten II sejak 8 Maret 2019 membuka lebar embarkasi haji dan umrah langsung dari Lampung ke Tanah Suci.

Konektivitas dari laut juga mencatat perubahan besar sejak Dermaga Eksekutif yang dibahas Gubernur Ridho bersama Presiden Joko Widodo pada rapat terbatas di Istana Negara menjadi kenyataan. Dermaga Eksekutif yang ada di Pelabuhan Bakauheni dan Pelabuhan Merak membuat momok perjalanan melelahkan 2-4 jam di Selat Sunda berubah drastis hingga 1 jam pelayaran. Dermaga Eksekutif yang tampil seperti mal ini membuat perjalanan ke Lampung makin nyaman bahkan bisa tembus Jakarta-Bandar Lampung dalam waktu lima jam. Ini mustahil terjadi sebelumnya.

Catatan penting lainnya adalah kemampuan pemerintahan Ridho-Bachtiar melaksanakan tugas Presiden Joko Widodo menaikkan produksi gabah kering giling (GKG) Lampung hingga 4,2 juta ton dari sebelummya di kisaran 3 juta ton. Berbagai langkah ditempuh duet Ridho-Bachtiar antara lain dengan membuat terobosan penjualan digital pupuk bersubdisi pertama di Indonesia yakni billing system. Lewat penebusan online itu, kebocoran penyaluran pupuk dapat ditekan untuk mengamankan kenaikan produksi.

Pembenahan besar-besaran saluran irigasi juga dilakukan sehingga mampu menaikkan indeks pertanaman (IP) 200 di beberapa sentra padi. Ridho mewariskan kondisi mantap saluran irigasi lebih dari 80% dari sebelumnya 46% saat menerima estafet kepemimpinan.

Buku kecil ini merupakan nukilan beberapa lompatan pe- merintahan Ridho-Bachtiar selama menjabat di periode 2014- 2019. Tentu saja, buku ini tidak lengkap memuat semuanya, karena hanya menukil beberapa capaian yang ada pada era Ridho-Bachtiar memimpin Lampung. Kami berharap buku ini dapat menjadi kenangan, referensi, dan informasi bagi khalayak dalam menatap Lampung sepanjang era kepemimpinan Ridho-Bachtiar.

Bandar Lampung, 25 April 2019

Salam,

Amiruddin Sormin